Sepenuhnya Yakin

Dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra., ia berkata: “Saya menghafal beberapa kalimat dari Rasulullah Saw., yaitu: “Tinggalkanlah apa yang kamu ragukan dan kerjakanlah apa yang tidak kamu ragukan. Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan.”” (HR. Tirmidzi)

Telah banyak sekali bukti, siapa yakin sukses, dia benar-benar sukses. Sebaliknya, siapa berpikir gagal, dia benar-benar mengalami kegagalan. Maka ungkapan You can if You think You can terlalu berharga untuk kita tolak kebenarannya, meski sebagai insan beriman, kita tidak boleh melupakan takdir Tuhan. Insya Allah, we can if we think we can.

Sebelum lebih jauh kita perbincangkan hal ini, saya ingin mengingatkan bahwa keyakinan atau dalam bahasa agama sering disebut iman, adalah kepercayaan yang membuahkan tindakan, action. Jadi ketika seseorang berpikir menjadi sukses, dia benar-benar bertindak untuk menggapai kesuksesan. Dia akan mencari informasi sebanyak-banyaknya, membuat rencana, lalu melangkah maju menuju apa yang diyakini. Bila tidak, maka dia hanyalah seorang pengkhayal.

Orang yang benar-benar beriman terhadap hari akhir pastilah akan menjalani hidupnya dengan amal shalih sebanyak mungkin, berharap mendapatkan surga seluas langit dan bumi. Bohong besar bila ada yang mengaku-ngaku beriman terhadap hari akhir, sementara dia gemar berbuat dosa dan hobi bermaksiat, juga mengabaikan perintah dan aturan-aturan Tuhan. Bohong karena dia telah menyalahi konsekuensi dari kepercayaannya.

Begitu pula bila ada orang yang mengaku yakin akan sukses menjadi pengusaha mobil terbesar di dunia, sementara dia tidak belajar tentang ilmu permobilan, tidak beranjak untuk memulai usaha, bahkan menghabiskan waktu untuk berbagai aktivitas di luar keinginan besarnya itu, maka sudah pasti dia seorang pembual, pemimpi dan pecundang. Sayangnya, ternyata lebih banyak orang berada dalam golongan ini.
Ada sebuah ilustrasi menarik. Begini. Suatu saat ada tiga ekor kucing yang sedang tidur-tiduran di teras rumah. Pertanyaannya; ”Bila kemudian dua ekor kucing memutuskan untuk pergi menangkap jangkrik, berapa kucing yang tinggal di teras?” Tentu engkau akan menjawab; ”satu.” Sayangnya jawaban itu salah. Jawaban yang benar adalah; “Tiga.” Kok bisa? Iya, karena kedua ekor kucing tadi baru memutuskan untuk mencari jangkrik, tapi belum bertindak.

Begitulah, banyak orang telah mengambil keputusan, tapi tidak mengambil tindakan. Banyak orang ingin dan memutuskan menjadi kaya, tapi tidak berusaha meraihnya. Mereka tidak take action. Karena itu sampai kapan pun mereka akan tetap miskin, karena kaya bagi mereka baru pada tahap keinginan dan keputusan.
Maka, bila engkau telah menetapkan tujuan, telah membangun mimpi dan merancang visi misi, bersegeralah untuk bertindak tanpa ragu-ragu. Mulailah dari apa yang bisa diperbuat saat ini. Bila ilmu masih kurang, maka carilah ilmu sebanyak kau bisa. Bila sarana atau modal belum ada, maka berpikir cerdas dan berusaha keraslah untuk memperoleh atau menemukan solusi. Bila ada haling melintang, maka berusahalah untuk menyingkirkan atau melampauinya. Begitu baru OK.

Satu hal lagi, bila sudah berazam, maka kita harus seratus prosen yakin. Jangan biarkan keraguan mengganggu pikiran kita. Elsa Sakina dalam Berpikir Benar Berpikir Positif mengatakan bahwa sikap ragu-ragu pada akhirnya dapat membunuh ambisi, melemahkan kemauan dan merugikan diri sendiri. Ragu-ragu akan membuat kita takut gagal. Bila itu terjadi, kita akan terus berpikir tentang kegagalan. Sebagai akibat lanjutan, kita benar-benar sudah menyiapkan diri untuk menjadi orang gagal, lalu benar-benar gagal. Maka mari berhenti berpikir tentang kegagalan.

Kini saatnya memupuk keyakinan, bahwa kita terlahir untuk menjadi orang-orang sukses. Ketika terlahir ke dunia, maka kita telah berhasil mengalahkan jutaan sel kehidupan lain yang mati dengan segera. Ketika menjadi dewasa, kita telah menjadi the chosen untuk terus meniti jalan sukses, padahal ada sekian banyak bayi atau anak-anak yang meninggal dunia, bahkan sebelum mereka benar-benar bisa berjalan atau bicara. Kini kita hidup dengan potensi diri yang luar biasa (fisik, akal dan kekuatan jiwa kita luar biasa), di lingkupi peluang yang bertabur di mana-mana. Begitu banyak alasan untuk sukses.

Penting sekali membangun mindset sukses ini, karena setiap prestasi besar pernah diraih manusia, semua berawal dari cara berpikir. Thomas Alfa Edison takkan pernah menemukan lampu, bila dia tak yakin akan berhasil dalam penelitian-penelitiannya. Maka ungkapannya pun sangat terkenal. Tentang ribuan kali penelitiannya yang belum menghasilkan sesuatu, dia pun berkata; ”Aku telah berhasil menemukan 1.000 cara membuat lampu yang tidak akan berhasil.”

Silvester Stallone takkan menjadi seperti apa yang kau kenal saat ini bila dia rela menjual naskahnya ”Rocky” seharga US$ 1 juta untuk diperankan orang lain. Stallone berani menjual naskahnya jauh lebih rendah, hanya seharga US$ 35 ribu dengan syarat dia sendiri menjadi pemeran utama. Itu karena dia punya mimpi menjadi bintang besar. Maka film pertamanya pun Box Office, dan dia segera menjadi aktor papan atas Hollywood.

Konstantinopel barangkali akan jatuh di tangan pejuang lain, bila Muhammad al-Fatih tidak sejak kecil sering diajak gurunya jalan-jalan, lalu ditunjukkan sebuah kota yang telah dijanjikan Rasulullah akan ditaklukkan oleh seorang umatnya beserta pasukan kaum muslimin, lalu Al-Fatih pun menjadikannya sebagai cita-cita.

Boleh juga kau tengok kembali kisah Abdullah bin Umar dan ketiga kawannya yang punya cita-cita pada bab ’Bermimpilah!’, keyakinan telah membuat semua mimpi besar mereka menjadi nyata. Luar biasa.
Atau contoh yang lebih dekat dengan kita, Joni Ariadinata barangkali takkan menjadi penulis kondang yang dihormati kalau beliau menyerah ketika mendapati naskahnya yang ke seratus ternyata belum dimuat juga. Beliau terus menulis dan mengirimnya ke media, hingga tak terhitung telah berapa banyak dia kirimkan, entah dua ratus, tiga ratus, empat ratus, bahkan mungkin lima ratus. Dan semua ditolak. Tapi karena beliau punya keyakinan, menulis pun kini jadi jalan hidup yang lebih benderang baginya.

Ingatlah bahwa pikiran kita bagaikan magnet. Thoghts become things. Apa yang kita pikirkan, apa yang kita yakini, serinkali menjadi kenyataan. Ada sebuah ilustrasi menarik dan lucu.
Seorang pria miskin berjalan ke dalam hutan sambil meratapi nasibnya yang penuh dengan kesusahan. Ia beristirahat di bawah pohon, yaitu pohon ajaib yang bisa mengabulkan semua permohonan dari semua orang yang berada dekat dengan pohon itu. Pria itu sangat haus dan ingin minum. Tiba-tiba secangkir air dingin segar muncul di tangannya. Terkejut, pria itu melihat seksama air tersebut. Setelah merasa air itu aman, ia meminumnya. Pria itu kemudian merasa lapar dan ingin sesuatu untuk makan. Sepiring makanan muncul dihadapannya. “Keinginanku terkabul,” ia berpikir setengah tidak percaya. “Kalau begitu aku ingin memiliki rumah yang bagus milikku sendiri, “ ia berteriak dengan keras. Rumah itu secara ajaib muncul di sebelahnya. Senyum lebar muncul di muka pria itu. Ia lalu meminta pelayan untuk merawat rumahnya. Ketika pelayan itu muncul, pria itu sadar bahwa ia telah dikaruniai dengan keajaiban. Pria itu lalu meminta seorang wanita cantik, pintar, dan mencintai dirinya untuk mendampinginya. Keinginannya terkabul.
“Tunggu, ini aneh,” kata pria itu pada si wanita, ”Aku tidak seberuntung ini. Hal ini tidak mungkin terjadi padaku.” Saat ia bicara seperti itu, semuanya menghilang. Pria itu menganggukkan kepala dan berkata; ”Betul kan.” Kemudian pria itu berjalan pergi sambil meratapi nasibnya yang penuh kesusahan.
Memang sekedar joke. Kita tak bisa mengharap segala sesuatu ada dan terjadi secara instan sesuai apa yang kita pikirkan seperti dalam cerita di atas. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kesuksesan atau kegagalan yang kita alami, bahwa keadaan kita saat ini dan di masa mendatang sangat terpengaruh oleh pikiran dan keyakinan-keyakinan kita.

Penulis sendiri sering membuktikan, bahwa apa yang saya yakini, akhirnya benar-benar terwujud. Mengingat kondisi ekonomi orangtua, sampai kelas dua tingkat SLTA saya belum terbersit pikiran untuk melanjutkan kuliah. Akan tetapi pada tahun berikutnya, ketika saya punya keinginan dan telah mengambil keputusan, saya pun merasa yakin bahwa saya bisa kuliah. Alhamdulillah, beasiswa pun saya raih. Saya menjadi mahasiswa tanpa harus membayar bea SPP ataupun SKS setiap bulan. Saya lulus dengan prestasi memuaskan.

Maka, hari ini saya benar-benar telah yakin bahwa saya dicipta untuk menjadi orang sukses. Saya tinggal memilih takdir-takdir terbaik yang diberikan Allah, lalu menjalankan peran sebaik-baiknya sebagai hamba dan salah satu khalifah-Nya di muka bumi.